![]() |
Gambar Illustrasi |
[Minggu, 13 Mei 2012, Stasiun Senen, Loket Kereta Api Jalur
Utara]
“…teng tong tong teng… Pengumuman, semua tiket kereta api ekonomi
dari Jawa tujuan Jakarta untuk tanggal 20 Mei telah habis terjual…”, suara si
Mas Petugas dari balik loket yang kemudian diikuti dengan keterangan rentetan
nama kereta api dan jurusan yang si Mas Petugas sebutkan.
Dengan langkah gontai, kami bertiga akhirnya pulang dengan
raut kecewa. Pasalnya, tiket KA ekonomi yang rencananya kami beli untuk pulang
usai menghadiri undangan kawan di Magetan tanggal 20 Mei nanti telah ludes
hanya dalam waktu kurang lebih 30 menit setelah loket pemesanan tiket dibuka,
sekitar pukul 7 pagi.
Padahal hari itu kami tiba di loket sebelum jam setengah enam
pagi, namun antrian dari loket 1 hingga loket enam sudah berjajar, menumpuk,
dan padat. Untung saja antrian berlangsung cukup tertib, meskipun menjelang
loket dibuka para pengantri mulai mendesak-desak ke bagian depan.
Then, what behind this?
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan, PT. KAI memberlakukan
system baru untuk KA Ekonomi jarak jauh/menengah. Terhitung mulai 01 Oktober
2011, tiket yang dijual untuk kerata ekonomi disesuaikan dengan jumlah tempat
duduk yang tersedia. Sistem ini diberlakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
kenyamanan penumpang karena tidak ada lagi penumpang yang berdiri. Dengan system
tersebut tentu diharapkan perjalanan akan menjadi jauh lebih nyaman dan juga
aman dibandingkan sebelumnya. Sebagai follow-up dari system tersebut, pembelian
tiket KA Ekonomi sudah dapat dilakukan seminggu sebelum waktu keberangkatan.
Namun, memang tidak ada system yang sempurna. Situasi ini
nampaknya menjadi “peluang” tersendiri bagi oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab (red: calo). Agak aneh rasanya ketika melihat fakta bahwa
tiket habis terjual pada H-7 keberangkatan hanya dalam waktu yang amat singkat.
Jika dibandingkan dengan kapasitas gerbong, jumlah loket dikali jumlah baris
antrian dikali banyaknya maksimal tiket yang boleh dibeli oleh seorang
pengantri (red: empat tiket), hanya kurang lebih 10 baris pengantri yang
mendapatkan tiket yang dipesan saat itu.
Kemudian hari berikutnya setelah H-7 pemesanan, calo mulai
menawarkan tiket dengan harga kurang lebih dua kali lipat. (red: kebetulan,
salah satu teman memang memiliki kenalan
calo).
Fakta yang demikian tentu sangat kontradiktif dengan tujuan
mulia yang hendak dicapai oleh PT KAI sendiri. Di satu sisi kenyemanan ingin
ditingkatkan, namun di sisi lain penumpang yang notabene berasal dari kalangan
ekonomi menengah ke bawah dirugikan dengan maraknya calo yang menawarkan harga
tiket yang tidak wajar.
Hendaknya para stakeholder di PT. KAI memikirkan system yang
lebih baik agar hal-hal seperti ini dapat diperbaiki.
Dengan akan diberlakukannya sistem baru berupa pemesanan tiket kereta ekonomi yang bisa dilakukan secara online semoga sistem ini dapat diperbaiki.
Regards,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar