Jumat, 17 Januari 2014

Role Model Organisasi Ideal

***menjelang jam pulang kantor***

"Karena jauh... jauuuuh.... sebelum Mr. Melton mengajarkan kami (ketika prajab) mengenai hikmah baris berbaris dalam organisasi, bahkan jauh... jauuuuhh .... sebelum tata cara baris berbaris itu ada, kita sudah punya contoh model organisasi yang ideal bernama SHOLAT BERJAMA'AH."

Things randomly coming to my mind in anytime at anyplace. Jadi maklum saja kalo ketemu saya, lagi diam atau ngomongin sesuatu, tiba-tiba saya nyeletuk ke topik-topik lain yang abstrak dan seringnya nggak penting :p  Tapi kadangkala ada yang lumayan penting juga kok. Hahaha

Bicara masalah organisasi, konteksnya itu luas dan bermacam-macam. Singkatnya, organisasi itu sekelompok unsur yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama pula. Kenapa saya lebih memilih penggunaan kata "unsur" ketimbang "orang", karena saya pikir objek pembentuk organisasi ya tidak cuma orang saja. Contohnya, tubuh kita pun bisa diumpamakan sebagai sebuah organisasi, kumpulan dari berbagai organ yang bekerjasama membentuk kita sebagai manusia yang utuh. Lebih luas lagi konteksnya, organisasi bisa juga perkumpulan dua orang atau lebih yang bekerjasama, lagi-lagi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga, sekolah, lembaga, perusahaan, semuanya adalah organisasi, juga bisa jadi dalam lingkup yang lebih luaaaas seperti negara.

Ngomong-ngomong lagi masalah organisasi, tentu kita sepakat kalau topiknya juga tidak akan lepas dari bagaimana cara memimpin dan dipimpin. Yesss, yang memimpin dan yang dipimpin. Kadang kita lupa kalau kesuksesan organisasi yang kita bangun tidak hanya bergantung dari cara bagaimana pemimpin organisasi menggerakkan anggotanya. Padahal sebaik apapun sistem yang dia rancang untuk memimpin, hampir nihil saja kalau yang dipimpin semuanya mangkir. Yang ada pemimpinnya pontang panting sendiri menjalankan sistem ini itu. Jadi intinya, pemimpin dan yang dipimpin adalah kedua unsur yang sama-sama penting. That's why we have to add word "bekerjasama" to define it.

Begitu pentingnya organisasi, orang berlomba-lomba menyusun mekanisme yang paling efektif, paling top diterapkan dalam masing-masing organisasi yang dibentuknya. Orang berlomba-lomba mencari bagaimana model organisasi yang paling baik. Namun sadarkah bahwa jauh sebelum ilmu organisasi ini dan itu berkembang, ada contoh model organisasi ideal di depan mata kita? Telah Allah SWT ajarkan contoh ideal organisasi secara detail itu dalam sholat berjama'ah.

Pertama, memilih seseorang sebagai imam. Sholat berjama'ah mengajarkan kita untuk mendapat kesempatan yang sama dalam memilih dan dipilih menjadi pemimpin (red: imam). Namun dilarang pula mengikuti fanatisme buta, dianjurkan bahwa yang menjadi imam adalah yang sekiranya lebih paham ilmu agamanya, lebih baik akhlaknya (tidak fasik), lebih lebih baik bacaan alqur'annya, lebih banyak hafalannya, juga dicintai oleh jama'ahnya. Tidak ada saling berebut, dan tidak juga pake money politic (beberapa mengambil istilah disini).

Kedua, niat sholat berjamaah. Saat akan memulai sholat berjama'ah, semua orang mengucapkan niat yang sama (niat sholat pada waktu ybs karena Allah), dengan tetap menyadari perannya masing-masing: sebagai imam atau sebagai makmum. Artinya, sejak awal semua yang terlibat dalam sholat tersebut mendeklarasikan diri untuk siap menjadi pemimpin, dan bersedia untuk dipimpin. Nggak pake saling melempar tanggung jawab.

Ketiga, mengatur barisan. Saat memasuki area sholat berjama'ah, yang lebih awal datang secara otomatis biasanya menempatkan diri di shaf paling depan, kemudian berikutnya hingga paling belakang. Nggak mentang-mentang jabatannya tinggi, seenaknya berebut minta barisan paling depan. Kecuali... kalau memang ia dipersilakan. Jadi nggak usah sikut kanan kiri depan belakang untuk mendapatkan posisi yang diinginkan.

Keempat, keselarasan gerakan sholat berjama'ah antara imam dan makmum. Yang namanya sholat berjama'ah, ketika sudah terbentuk tugas sebagai imam dan makmum, kemudian mendeklarasikan tugasnya masing-masing, ya nggak ada yang namanya mentang-mentang dia sekolahnya lulusan luar negeri misalnya, atau merasa lebih banyak ilmu agamanya, maka dia melakukan gerakan nyeleneh yang tidak selaras dengan imam. Pengen lain sendiri gitu yaa nggak bisa. Dia tetap harus taat pada pemimpinnya, mengikuti gerakan imamnya, selama imamn masih berada di koridor yang benar.

Kelima, ketika bacaan imam salah, maka makmumnya mengingatkan dengan mekanisme yang baik sesuai aturan. Nggak pake teriak-teriak kasar, nggak pake kekerasan fisik. Imam yang diingatkan pun menyadari kesalahannya dan segera mengoreksi bacaannya. Pemimpinnya siap menerima kritik, yang dipimpin pun mengkritik tanpa menjatuhkan. Pun ketika imam salah gerakan atau keliru jumlah raka'atnya. Mekanisme dibentuk untuk meluruskan niat dan tujuan.

Keenam, memposisikan diri saat menjadi makmum masbuk. Kalau kita sebagai orang baru yang masuk ke suatu lingkungan organisasi, ya kita ikuti aturan main organisasinya. Bukan pura-pura tidak tau dengan aturan, kemudian seenaknya melakukan ini itu. Makmum masbuk harus segera menyesuaikan diri dengan sholat yang telah berlangsung. Juga, tetap menyelesaikan kewajibannya atas jumlah roka'at yang tertinggal.

Ketujuh, menggantikan imam yang batal sholatnya. Imam yang batal sholatnya langsung melepaskan posisinya sebagai imam, secara sadar dan sukarela. Bukannya nunggu didemo dulu baru melepaskan jabatan. Pun, sebagai makmum yang berada di baris depan, harus selalu siap menggantikan posisi imam yang batal sholat. Artinya dia harus terus memperbaiki diri agar sewaktu-waktu siap diberikan amanah. Siapapun orangnya, tidak kenal suku, ras, kekeluargaan, nggak pake kolusi.

Kembali mengutip dari sini, yang pasti berabad-abad lamanya, mekanisme sholat berjamaah ini tetap sama -flawless- baik untuk diterapkan oleh dua orang, sepuluh orang, seribu orang, bahkan jutaan orang secara langsung.

Daaan saya yakin masih banyak lagi role model organisasi ideal yang bisa kita ambil hikmahnya dari sholat berjama'ah. Wallaahu a'lam bishowaab.

Referensi lainnya juga bisa dibaca-baca disini.



Salam,




Tidak ada komentar:

Posting Komentar