Kamis, 07 Juni 2012

Belajar dari Tania

“Bahwa hidup harus menerima… penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti… pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami… pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang.
Tak masalah meski lewat kejadian sedih dan menyakitkan”.


Berawal dari mengenal novel Hafalan Shalat Delisa, beberapa tahun yang lalu. Itu kali pertama saya mengenal novel-novel karya Tereliye dan juga jatuh cinta sama beberapa karyanya. Well, dari dulu saya paling malaaass baca yang namanya novel. "Nggak ada gambarnya, nggak menarik, capek bacanya", itu kurang lebih alasan-alasan yang saya berikan kalau teman2 nyuruh baca novel.

Naah kali ini saya pengen cerita, ini salah satu novel Tereliye yang saya jatuh cinta-i juga. Baru-baru ini saya baca novel Tereliye yang judulnya Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Pertama tengok judulnya, saya berpikiran (maap Mas Darwis ^^v) "yep, judulnya alay banget si", dan ini yang bikin saya malas bacanya.
Lalu iseng karna tak ada kegiatan hari minggu, "yesss i'll read this book" :)



Novel ini bercerita tentang kisah Tania, si tokoh utama, yang melalui kesulitan deim kesulitan dalam hidupnya. Dimulai dari hidupnya bersama ibu dan adiknya (red: Dede) yang susah pasca ditinggal ibunya, kemudian ia dan adiknya "terpaksa" membantu menopang hidup keluarga kecil mereka dengan turun ke jalan sebagai pengamen dlam usia yang sangat muda.
Hingga akhirnya mereka bertemu dengan sosok Danar dalam suatu kesempatan tidak sengaja dalam bis kota, yang ibarat malaikat bagi keluarga tersebut. Memberi motivasi melanjutkan sekolah, memberi bantuan biaya menopang hidup, mengangkat derajat mereka, memperkenalkan sisi-sisi lain dari kehidupan yang selama ini tak mereka rasakan. Terlebih saat kemudian ibu Tania meninggal dalam usia mereka yang bahkan belum menginjak remaja.

Konflik terjadi saat Tania, yang mencintai Danar dalam diamnya pada akhirnya kecewa dan "memboikot" tidak datang pada acara pernikahan Danar. Apalagi alasannya kalau bukan kecewa dan patah hati :'(
Sosok yang ia kagumi sejak pertama kali bertemu, yang ia anggap sebagai malaikat dalam hidupnya, memberi perlindungan bagi dirinya dan keluarganya, pembuka jalan bagi janji-janji kehidupan yang lebih baik bagi masa depannya, bahkan sebagai motivator terhebat dalam hidupnya saat ini, dan yang diam-diam ia cintai akan menikah dengan perempuan lain, bukan Tania!! Tania yang dalam hari2 berat menjalani pendidikannya pernah berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu saat akan menjadi sosok yang perempuan cantik dan pintar, agar pantas mendampingi Danar.

Alur cerita dalam novel dituturkan dengan bagus melalui flashback kejadian-kejadian yang Tania alami dalam hidupnya. Meskipun akhir ceritanya saya akui terkesan membosankan karna cukup mudah ditebak.

Well, bagaimanapun, banyak hal yang dapat diambil dari kisah ini. Tentang bagaimana kuatnya perjuangan dalam melanjutkan pendidikan, tentang tidak ada yang tak mungkin bagi cita2 mulia yang tinggi jika kita berusaha, dan mengingatkan kapada kita untuk tidak menunda mengatakan kepada orang yang kita sayangi bahwa kita sayang mereka. Benar juga kata pepatah "if you don't say it, forever you'll regret it" :)


regards :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar