Selasa, 24 Juli 2012

Paranoid Personality Disorder

Hari ini tiba-tiba tertohok oleh kalimat sendiri. Awalnya berniat untuk memberi pandangan atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang kawan. Tapi ternyata berasa #jleb juga buat diri sendiri.

Setelah melalui pemikiran atas kasus yang dihadapi, kemudian berusaha menyusun kata-kata paling efektif untuk memberi motivasi, akhirnya dapatlah kalimat indah semacam ini:
"Tidak ada gunanya khawatir berlebihan atas sesuatu yang belum tentu terjadi. Lebih baik alihkan energi untuk bertindak agar yang kita khawatirkan tidak terjadi. Our main business is to mind our mind business."
Akhirnya teringat dengan istilah paranoid alias parno atau dalam bahasa ilmiahnya Paranoid Personality Disorder (PPD).
 
Apa itu Paranoid Personality Disorder?


Paranoid personality disorder is a mental disorder characterized by paranoia and a pervasive, long-standing suspiciousness and generalized mistrust of others.

Atau kalau diartikan secara random banget kurang lebih maksudnya begini:
Paranoid adalah suatu gangguan mental yang dicirikan oleh paranoia (ketakutan), kecurigaan dan ketidak percayaan terhadap orang lain.


Paranoid personality disorder is a persistent condition of suspiciousness of people and situations that causes sufferers to be extra-vigilant, distrusting, illogical and hypersensitive.

Individuals with this personality disorder may be hypersensitive, easily feel slighted, and habitually relate to the world by vigilant scanning of the environment for clues or suggestions that may validate their fears or biases.
Penderita paranoid biasanya menjadi ekstra waspada, tidak logis dan hipersensitif. Mudah merasa diremehkan, dan biasanya menghubung-hubungkan pemikirannya yang didominasi oleh sikap-sikap tadi dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya untuk membenarkan ketakutannya.

(tambah random nih terjemahannya :p)

Gejala paranoid lainnya biasanya seperti: ketakutan berlebihan akan dikhianati, memiliki kewaspadaan yang sebenarnya tidak penting, cenderung misinterpretasi terhadap suatu isyarat atau tanda, sangat memperhatikan hal detail yang kembali berujung pada kecurigaan dan ketakutan, enggan menceritakan masalah pada orang lain, susah berempati, cenderung menjadi kasar, keras kepala, dan argumentatif, atau cenderung pendendam.

Terus maksudnya ini mau cerita kalau saya ini mengalami PPD gitu? Aaaaaak  >,< 
Nggak separah itu juga kali. Nggak sampai tahap PPD laaah...

Tapi tidak bisa dipungkiri, sering sekali kita (saya deh) mengalami ketakutan-ketakutan akan suatu hal yang sebenarnya tidak perlu. Semacam kita sutradara yang paling tau skenario apa yang bakal terjadi. Padahal kan kita sama sekali tidak tau masa mendatang akan seperti apa.

Memang bukan berarti just do what you gonna do without considering the risk. Bukan berarti kita asal aksi saja tanpa memperhatikan bagaimana dampaknya ke depan. Bertindak juga harus diawali dengan pemikiran yang matang. Tapi kadang-kadang kita didominasi oleh khawatir ini itu yang belum tentu kejadian dan akhirnya bikin kita stress sendiri.

Bukankah itu sama saja mengalokasikan energi ke suatu hal yang sebenarnya tidak tepat guna? Bukankah lebih baik energi itu kita alokasikan untuk hal lain seperti melakukan apa pun sebaik mungkin untuk meminimalisir ketakutan akan resiko gagal dari tindakan yang kita ambil?

Just do your best and let God do the rest...

Selama kita sudah melakukan yang terbaik yang kita mampu, maka sebenarnya penyesalan adalah hal yang sama sekali tidak perlu. Berserahlah karna Allah yang paling tau apa yang terbaik untuk kita. Dibalik semua rencana-Nya terhadap kita, yakinlah bahwa ada skenario indah yang akan datang kemudian.


Regards, 




 

 

2 komentar:

  1. memikirkan resiko apa yang akan terjadi ketika kita hendak melakukan sesuatu itu bagus dan dianjurkan, hanya saja jangan berlebihan dan jangan hanya terus menerus memikirkan resiko yang akan terjadi, takutnya malah menjadi ketakutan tersendiri bagi kita dan mengurungkan niat untuk melakukan sesuatu.

    life is simple, lakukan apapun yang ingin kita lakukan, selama itu baik, lakukan saja, dan kalo misalnya dibelakang itu ternyata nanti ada resikonya, ya kita harus memikir juga cara menghadapi resikonya untuk mencari jalan keluarnya.

    BalasHapus
  2. Yep betulll...

    Just do our best then let God do the rest.

    Salam kenaaaal :)

    BalasHapus